Jumat, 26 April 2013

Analisis Laporan Keuangan


Kelompok : 3
Nama        : Jatu Triandini Nur'aini
BAB          : 6 / 7
Judul          : Analisis laporan keuangan HUAWEI CINA


HUAWEI CINA Laporan Keuangan 31 des 2011

1.      Rasio Likuiditas :
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menjamin kewajiban-kewajiban lancarnya. Rasio ini antara lain Rasio Kas (cash ratio), Rasio Cepat (quick ratio), Rasio Lancar (current ratio)
Current ratio :
Current ratio = Aktiva Lancar
                          Utang Lancar
Current ratio = 193,283 x 100%
                           127,055
                         = 1,52 = 152%
Quick rasio:
Quick Rasio = Aktiva Lancar – persediaan
                               Utang Lancar
Quick Rasio = 193,283 – 9,095
                              127,055
                      = 1,44 = 144%              
Cash rasio:
Cash Rasio =                 Kas
                                Utang Lancar  
Cash Rasio =             159,615      
                                   127,055 
                   = 1,25 = 125%
2.      Rasio Efisiensi
Rasio efisiensi dipergunakan untuk mengukur seberapa efisien korporasi dalam menggunakan aktivanya. Rasio ini semuanya mempergunakan perbandingan antara tingkat penjualan dengan investasi dalam beberapa aktiva. Asumsi yang diambil adalah menggunakan hubungan antara penjualan dengan berbagai aktiva tersebut. Rasio efisiensi yang digun akan pada umumnya meliputi berikut ini:
Best Possible DSO = Tagihan berjalan (Current Receivables) x jumlah hari
Total Penjualan DSO
                                                 = 127,055 x 360
                                                (2.142)
                                           = 21.354

                Inventory Turnover Ratio = Netto penjualan
                                                                Stock dalam Persediaan (Total Inventory)
                                                                  = (2.142)
                                                                     25,873
                                                                  = 0,083
                Accounts Payable to Sales Ratio = Accounts Payable x 100%
                                                                                     Penjualan Netto
                                                                              = 59,920 x 100%
                                                                                  (2.142)
                                                                            = 27,98%

3.      Rasio Profitabilitas
Profitablitas atau kemampuan memperoleh laba adalah suatu ukuran dalam persentase yang digunakan untuk menilai sejauh mana perusahaan mampu menghasilkan laba pada tingkat yang dapat diterima. Angka profitabilitas dinyatakan antara lain dalam angka laba sebelum atau sesudah pajak, laba investasi, pendapatan per saham, dan laba penjualan. Nilai profitabilitas menjadi norma ukuran bagi kesehatan perusahaan.

ROA =           Laba Bersih sebelum Pajak  
                                  Total Aktiva
ROA =                          9,095             
                                     193,283
        = 0,05 = 5%


ROE = Laba Bersih setelah Pajak               
                                Equity
ROE =                    454        
                                66,228
        = 6,85512

NPM = Laba bersih 
            Pendapatan

NPM = 76,448
            203,929
         = 0,38 % = 38%  

Senin, 22 April 2013

TRANSLASI MATA UANG ASING - hubungan antara translasi mata uang asing dengan inflasi.



KELOMPOK : 3
NAMA : Jatu Triandini Nur'aini
BAB : 6/7
JUDUL : TRANSLASI MATA UANG ASING - hubungan antara translasi mata uang asing dengan inflasi.

Penggunaan kurs kini untuk mentranslasikan biaya perolehan aktiva non-moneter yang berlokasi di lingkungan berinflasi pada akhirnya akan menimbulkan nilai ekuivalen dalam mata uang domestik yang jauh lebih rendah dari pada dasar pengukuran awalnya. Pada saat yang bersamaan, laba yang ditranslasikan akan jauh lebih besar sehubungan dengan beban depresisasi yang juga lebih rendah. Hasil translasi seperti itu dengan mudah dapat lebih menyesatkan pembaca ketika memberikan informasi kepada pembaca. Penilaian dolar yang lebih rendah biasanya merendahkan kekuatan laba akutal dari aktiva luar negeri yang didukung oleh inflasi lokal dan rasio pengembalian atas investasi yang terpengaruh inflasi di suatu operasi luar negeri dapat menciptakan harapan yang palsu atas keuntungan masa depan.
FASB menolak penyesuaian inflasi sebelum proses translasi, karena penyesuaian tersebut tidak konsisten dengan kerangka dasar penilaian biaya historis yang digunakan dalam laporan keuangan dasar di AS. Sebagai solusi FAS No 52 mewajibkan penggunaan dolar AS sebagai mata uang fungsional untuk operasi luar negeri yang berdomisili dilingkungan dengan hiperinflasi. Prosedur ini akan mempertahankan nilai konstan ekuivalen dolar aktiva dalam mata uang asing, karena aktiva tersebut akan ditranslasikan menurut kurs historis. Pembebanan kerugian translasi atas aktiva tetap dalam mata uang asing terhadap ekuitas pemegang saham akan menimbulkan pengaruh yang signifikan terhadap rasio keuangan. Masalah translasi mata uang asing tidak dapat dipisahkan dari masalah akuntansi untuk inflasi asing.

Link : http://inekriestianti.blogspot.com/2011/05/translasi-mata-uang-asing-hubungan.html 
http://ayuanatari.blogspot.com/2013/04/translasi-mata-uang-asing-hubungan.html

TRANSLASI MATA UANG ASING - Metode translasi mata uang asik terbaik sesuai kondisi usaha dan pasar uang


KELOMPOK : 3
NAMA : JATU TRIANDINI NUR'AINI
BAB : 6/7
JUDUL : TRANSLASI MATA UANG ASING - Metode translasi mata uang asik terbaik sesuai kondisi usaha dan pasar uang 

Evaluasi dan pemilihan metode translasi mata uang asing.
Metode konversi mata uang diseluruh dunia setidaknya dikenal 4 jenis metode konversi mata uang, yaitu :
1. Metode Current/Non current
Metode ini merupakan metode yang paling tua di antara metode konversi mata uang. Dengan metode ini, semua asset dan kewajiban lancer dari cabang-cabang perusahaan dikonversikan dalam mata uang Negara asal dengan kurs saat ini, yaitu kurs pada saat neraca disusun. Sedang asset dan kewajiban yang tidak lancar (noncurrent),seperti biaya depresiasi, dikonversikan pada kurs histories, yaitu kurs pada saat asset diperoleh ataupun pada saat kewajiban terjadi. Oleh karena itu, cabang perusahaan di luar negeri yang memiliki modal kerja yang dinilai positif dalam mata uang local akan meningkatkan resiko rugi (translation loss) akibat devaluasi dengan metode current/non current. Sebaliknya bila modal kerja ternyata negative dinilai dalam mata uang local berarti terdapat keuntungan (translation gain) akibat revaluasi dengan metode tersebut.
Namun demikian, metode ini tidak mempertimbangkan unsur ekonomis. Menggunakan kurs akhir tahun untuk mentranslasikan aktiva lancar secara tidak langsung menunjukkan bahwa kas, piutang, dan persediaan dalam mata uang asing sama-sama menghadapi risiko nilai tukar. Hal ini tentu tidak tepat. Sebaliknya, translasi utang jangka panjang berdasarkan kurs histories mengalihkan pengaruh mata uang yang berfluktuasi kedalam tahun penyelesaian.
2. Metode Monetary/non monetary
Asset moneter (terutama kas, surat-surat berharga, piutang, dan piutang jangka panjang) dan kewajiban moneter (terutama utang lancar dan utang jangka panjang) dikonversi pada kurs saat ini. Sedang pos-pos nonmoneter, seperti stock barang, asset tetap, dan investasi jangka panjang, dikonversi pada kurs histories.
Pos-pos dalam laporan laba/rugi dikonversi pada kurs rata-rata pada periode tersebut, kecuali untuk pos penerimaan dan biaya yang berkaitan dengan asset dan kewajiban non moneter. Biaya depresiasi dan biaya penjualan dikonversi pada kurs yang sama dengan pos dalam neraca. Akibatnya, biaya penjualan bisa saja dikonversi dengan kurs yang berlainan dengan kurs yang digunakan untuk mengkonversi penjualan. Perlu diperhatikan bahwa metode moneter-non moneter bergantung pada klasifikasi skema neraca untuk menentukan kurs translasi yang tepat. Hal ini dapat menghasilkan hasil yang kurang tepat. Metode ini juga akan mendistorsikan marjin laba karena menandingkan penjualan berdasarkan harga dan kurs translasi kini dengan biaya penjualan yang diukur sebesar biaya perolehan dan kurs translasi histories.
3. Metode temporal
Dengan menggunakan metode temporal, translasi mata uang merupakan proses konversi pengukuran atau penyajian ulang nilai tertentu. Metode tidak mengubah atribut suatu pos yang diukur, malainkan hanya mengubah unit pengukuran. Translasi saldo-saldo dalam mata uang asing menyebabkan pengukuran ulang denominasi pos-pos tersebut, tetapi bukan penilaian sesungguhnya.
Metode ini merupakan modifikasi dari metode moneter/non moneter. Perbedaannya, dalam metode moneter/non moneter, persediaan (inventory) selalu dikonversi dengan kurs histories. Sedang dalam metode temporal, persediaan umumnya dikonversi dengan kurs histories, namun bisa saja dikonversi dengan kurs saat ini apabila persediaan tersebut dicatat dalam neraca dengan nilai pasarnya. Secara teoritis, metode temporal lebih menekankan pada evalusai biaya (histories ataukah pasar).
Pos-pos dalam laporan laba/rugi umumnya dikonversi dengan kurs rata-rata pada periode laporan. Sedang biaya penjualan, cicilan utang, dan depresiasi yang berkaitan dengan pos-pos dalam neraca dikonversi dengan kurs histories (harga di masa lalu).
4. Metode Current rate
Metode ini merupakan metode yang paling mudah karena semua pos neraca dan laba/rugi dikonversi dengan kurs saat ini. Metode ini direkomendasi oleh Ikatan Akuntan Inggris, Skotlandia, dan Wales, serta secara luas digunakan oleh perusahaan-perusahaan Inggris. Dengan metode ini, bila asset yang didenominasi dalam valas melebihi kewajiban dalam valas, suatu devalusai akan menghasilkan kerugian. Variasi dari metode ini adalah mengkonversi semua asset dan kewajiban, kecuali asset tetap bersih yang dinyatakan dengan kurs saat ini.
Transaksi dengan mata uang asing
Ciri utama yang istimewa dari sebuah transaksi mata uang asing adalah penyelesainnya dipengaruhi dalam suatu mata uang asing. Jadi, transaksi dalam mata uang asing terjadi pada saat suatu perusahaan membeli atau menjual barang dengan pembayaran yang dilakukan dalam suatu mata uang asing atau ketika perusahaan meminjam atau meminjamkan dalam mata uang asing.
Suatu transaksi mata uang asing dapat berdenominasi dalam satu mata uang, tetapi diukur atau dicatat dalam mata uang yang lain. Untuk memahami mengapa hal ini terjadi, petimbangkanlah pertama-tama istilah mata uang fungsional. Mata uang fungsional sebuah perusahaan diartikan sebagai mata uang lingkungan ekonomi yang utama dimana perusahaan beroperasi dan menghasilkan arus kas. Jika suatu operasi anak perusahaan luar negeri relative berdiri sendiri dan terintegrasi dalam Negara asing (yaitu sutau anak perusahaan yang menghasilkan produk untuk distribusi setempat), umumnya akan menghasilkan dan mengeluarkan uang dalam mata uang local (Negara-negara domisili). Dengan demikian mata uang local (contoh euro untuk anak perusahaandari suatu perusahaan AS yang berada di Belgia) adalah mata uang fungsionalnya.
Untuk menggambarkan perbedaan antara suatu transaksi yang berdenominasi dalam suatu mata uang tetapi diukur dalam mata uang lainnya, misalkan sebuah anak perusahaan AS di Hong Kong membeli persediaan barang dagangan dari Republik Rakyat Cina yang dibayarkan dalam renmimbi. Mata uang fungsional anak perusahaan adalah dollar AS. Dalam kasus ini, anak perusahaan akan mengukur transaksi mata uang asing yang berdenominasi dalam renmimbi ke dalam dollar AS, mata uang yang digunakan dalam catatan bukunya. Dari sudut pandang induk perusahaan, kewajiban anak perusahaan berdenominasi dalam renmimbi, tetapi diukur dalam dollar AS, mata uang fungsionalnya, untuk keperluan konsolidasi

TRANSLASI MATA UANG ASING - METODE TRANSLASI MATA AUANG ASING TERHADAP LAPORAN

KELOMPOK : 3
NAMA : Jatu Triandini Nur'aini
BAB : 6/7
JUDUL : TRANSLASI MATA UANG ASING - PENGARUH BERBAGAI METODE TRANSLASI MATA AUANG ASING TERHADAP LAPORAN


Ketiga nilai tukar berikut ini digunakan ketika melakukan translasi saldo dalam mata uang asing menjadi mata uang domestic. Pertama, kurs ini adalah kurs nilai tukar pada saat tanggal laporan keuangan. Kedua, kurs histories adalah kurs nilai tukar pada saat suatu aktiva dalam mata uang asing pertama kali diperoleh atau ketika suatu kewajiban dalam mata uang asing pertama kali terjadi. Terakhir, kurs rata-rata yaitu rata-rata sederhana atau tertimbang dari kurs nilai tukar kini atau kurs nilai tukar histories. Pengaruh penggunaan kurs nilai tukar histories dibandingkan dengan kurs nilai tukar kini terhadap laporan keuangan ketika digunakan sebagai koofisien translasi mata uang asing. Kurs nilai tukar histories umumnya mempertahankan biaya awal ekuivalen dengan suatu pos dalam mata uang asing dalam laporan berdenominasi mata uang domestic.
1. Single Rate Method
Berdasarkan pendekatan translasi ini, laporan keuangan operasi luar negeri, yang dianggap oleh perusahaan induk sebagai entitas yang otonom, memiliki domisili pelaporan mereka sendiri. Ini adalah lingkungan akuntansi lokal tempat dimana perusahaan afiliasi asing tersebut mentraksaksikan urusan bisnisnya. Untuk mempertahankan “rasa” lokal dari laporan valuta, suatu cara harus ditemukan agar translasi bisa dilaksanakan dengan distorsi yang minimal. Cara yang paling baik adalah penggunaan metode kurs berlaku. Karena semua laporan keuangan valuta asing sebenarnya dikalikan dengan suatu konstansta, metode translasi ini mempertahankan hasil keuangan dan hubungan asli (misalnya. rasio-rasio keuangan) dalam laporan konsolidasi dari entitas-entitas individual yang dikonsolidasi. Hanya bentuk perkiraan-perkiraan luar negeri, bukan hakekatnya, yang berubah dalam metode kurs berlaku. Meskipun menarik dan sederhana secara konseptual, metode kurs berlaku dipersalahkan oleh sebagian orang karena merusak tujuan dasar dari laporan keuangan konsolidasi, yaitu karena menyajikan, untuk keuntungan pemegang saham perusahaan induk, hasil-hasil operasi dan posisi keuangan perusahaan induk dan perusahaan-perusahaan anaknya dari perspektif valuta tunggal yaitu. mempertahankan valuta pelaporan perusahaan induk sebagai unit pengukuran. Dalam metode kurs berlaku, hasil-hasil konsolidasi akan mencerminkan perspekfif-perspektif valuta dari masing-masing negara tempat dimana perusahaan-perusahaan anak berada. Misalnya, jika sebuah aktiva dip=roleh sebuah perusahaan anak di luar negeri seharga VA 1,000 ketika kursnya adalah VA 1=$1, maka biaya historisnya dari perspektif dolar adalah $1.000; dari perspektif valuta lokal juga $1,000. Jika kurs berubah menjadi VA 5 = $1, biaya historis aset tersebut dari perspektif dolar (translas’ biaya historis) tetap $1,000. Jika valuta lokal tetap dipertahankan sebagai unit pengukuran, nifai aset akan diekspresikan sebesar $200 (translasi kurs berlaku). Metode kurs berlaku juga dipersalahkan karena mengasumsikan bahwa semua aktiva-valuta lokal dipengaruhi oleh risiko nilai tukar (yaitu, mengasumsikan bahwa fluktuasi valuta domestik yang ekivalen, yang disebabkan oleh fluktuasi kurs translasi berjalan, merupakan indikator perubahan nilai intrinsik aktiva-aktiva tersebut). Hat ini jarang benar karena nilai persediaan dan aktiva-aktiva tetap di luar negeri umumnya didukung oleh inflasi lokal.

2. Multiple Rate Methods
Metode-metode kurs berganda mengkombinasikan nilai tukar berjalan dan historis dalam proses translasi. 3 metode semacam itu akan dibahas berikut ini. Metode berlaku-historis. Berdasarkan pendekatan berlaku-historis, yang populer di AS dan ditempat-tempat lain sebelum tahun 1976, aktiva lancar dan kewajiban lancar sebuah perusahaan anak di luar negeri ditranslasikan kedalam valuta pelaporan perusahaan induknya dengan menggunakan kurs berlaku. Aktiva dan kewajiban non-lancar ditranslasikan dengan kurs historis. Item-item laporan laba-rugi, kecuali beban depresiasi dan amortisasi, ditranslasikan dengan kurs rata-rata masing-masing bulan operasi atau dengan basis rata-rata tertimbang dari seluruh periode yang akan dilaporkan. Beban depresiasi dan amortisasi ditranslasikan dengan memakai kurs historis yang berlaku pada saat aset yang bersangkutan diperoleh. Metodologi ini, sayangnya, memiliki sejumlah kelemahan. Misalnya, metode ini kurang memilik justifikasi konseptual. Definisi-definisi yang ada mengenai aktiva dan kewajiban lancar dan non-lancar tidak menjelaskan mengapa cara klasifikasi seperti itu menentukan kurs mana yang akan digunakan dalam proses transiasi. Metode moneter-nonmoneter. Seperti halnya metode berlaku-historis, metode moniter-nonmoneter memakai pola klasifikasi neraca untuk menentukan kurs translasi yang tepat. Karena item-item moneter diselesaikan dalam kas; pemakaian kurs berlaku untuk mentranslasikan item-item valuta asing menghasilkan valuta domestik ekivalen yang mencerminkan nilai realisasi atau nilai penyelesaiannya. Metode Temporal Menurut pendekatan temporal, translasi valuta merupakan suatu proses konversi pengukuran (yaitu, penyajian ulang nilai tertentu). Karena itu, metode ini tidak dapat digunakan untuk mengubah atribut suatu item yang sedang diukur; metode ini hanya dapat mengubah unit pengukuran. Translasi saldo valuta asing, misalnya, hanya mengubah (restate) denominasi persediaan. tidak penilaian aktualnya. Dalam GAAP AS, aktiva kas diukur berdasarkan jumiah yang dimiliki pada tanggal neraca. Piutang dan hutang dinyatakan dalam jumlah yang diharapkan akan diterima atau dibayar pada saat jatuh tempo. Kewajiban dan aktiva lain diukur pada harga yang berlaku ketika item¬item tersebut diperoleh atau terjadi (harga historis). Meskipun begitu, beberapa diantaranya diukur berdasarkan harga yang berlaku pada tanggal laporan keuangan (harga berjalan), seperti persediaan dibawah aturan biaya atau pasar. Pendek kata, ada dimensi waktu yang berkaitan dengan nilai-nilai uang ini. Menurut Lorensen, cara terbaik untuk mempertahankan basis-basis akuntansi yang digunakan untuk mengukur item-item valuta asing adalah dengan mentranslasikan jumlah uang luar negerinya dengan kurs yang berlaku pada tanggal pengukuran uang luar negeri berlangsung. Prinsip temporal dengan demikian menyatakan bahwa uang, piutang, dan hutang yang diukur pada jumlah yang dijanjikan seharusnya ditranslasikan memakai kurs yang berlaku pada tanggal neraca. Aktiva dan kewajiban yang diukur pada harga uang seharusnya ditranslasikan memakai kurs yang berlaku pada tanggal yang berkenaan dengan harga uang tersebut.

Senin, 01 April 2013

Proposal Keripik


1.1  Sejarah Berdirinya Usaha
Semakin berkembangnya zaman keripik singkong merupakan salah satu produk makanan ringan yang digemari oleh semua orang. Rasanya yang renyah dan murahnya harga yang ditawarkan menjadikan keripik singkong sebagai alternatif  yang tepat untuk menemani waktu santai bersama teman dan keluarga. Seiring dengan meningkatnya permintaan konsumen, kini keripik singkong mulai diinovasikan menjadi keripik pedas dengan beberapa tingkatan level. Meskipun trend tersebut belum lama dikenal masyarakat luas, namun perkembangannya sudah sangat pesat, sehingga banyak produsen keripik singkong mulai beralih jalur dengan menambahkan ekstra pedas pada produk keripik yang diciptakannya. Sejatinya, produk keripik singkong pedas bukan barang baru bagi masyarakat Indonesia. Namun dengan menambahkan sedikit inovasi dalam hal peningkatan level rasa pedas yang ditawarkan, kini keripik tersebut banyak dicari konsumen dan menjadi salah satu peluang bisnis menarik yang menjanjikan untung besar bagi pelakunya.
Dari berbagai macam jenis rasa keripik singkong yang dijual tidak semua orang menyukainya, seperti rasa keripik singkong yang terlalu pedas. Sangat disayangkan apabila keripik singkong yang sangat digemari oleh semua orang menjadi tidak digemari oleh semua orang karena rasanya yang terlalu pedas. Oleh karena itu kami ingin membuat keripik singkong dengan rasa yang berbeda dengan keripik singkong yang sudah ada pada saat ini, sehingga keripik singkong kami bisa digemari oleh semua orang.

1.2  Visi & Misi Usaha

Visi dalam pendirian usaha ini adalah “Memberikan terobosan baru dalam pengelolaan makanan ringan”
Misi dalam pendirian usaha ini adalah “Membuat keripik singkong menjadi makanan yang dikenal hingga keseluruh dunia”

BAB II
ASPEK PEMASARAN

2.1 Gambaran Umum Pasar (STP)
Keripik singkong merupakan makanan ringan yang diolah dari bahan dasar singkong. Ditinjau dari jumlah penduduk, daya beli, dan minat konsumen terhadap tingkat konsumsinya, khususnya pada makanan ringan yang sehat,bergizi,dan terjangkau harganya maka kami optimis bisnis makanan ringan yang dipasarkan akan berkembang pesat. Apalagi pada saat ini kebutuhan akan makanan sangat meningkat karena tingkat konsumsi masyarakat yang semakin tinggi.
Target pasar penjualan keripik singkong yaitu semua kalangan baik tua maupun muda, baik dari tingkat ekonomi menengah ke bawah maupun dari tingkat ekonomi menengah ke atas, namun lebih ditekankan kepada kalangan remaja atau anak muda.
Dalam pendirian usaha ini ada beberapa keunggulan yang diandalkan dibanding dengan pesaing yang lain yaitu dengan memperhatikan mutu bahan dasar singkongnya dan pengemasan saat dipasarkan yang ditujukan agar keripik singkong tetap dalam kondisi yang baik.

2.2 Permintaan
Tahun
Perkiraan Permintaan
( dalam bungkus)
2013
2000
2014
2500
2015
3000



2.3 Penawaran
            Penawaran dari produk pesaing sejenis di pasar
Nama Perusahaan
Pesaing
Kapasitas Produksi / Tahun
( dalam bungkus )
Maicih
3000
Karuhun
2500
Keripik mang lada
2000

2.4 Rencana Penjualan dan Pangsa Pasar
Tahun
Permintaan
(A)
Penawaran
(B)
Peluang
(C = A-B)
Rencana
Penjualan
2013
2000
0
2000
2000
2014
2500
0
2500
2300
2015
3000
0
3000
2500

2.5 Strategi Pemasaran Perusahaan
            Strategi pemasaran yang kami gunakan adalah :
©      Strategi Harga
Strategi harga dilakukan berdasarkan harga pasar, harga yang ditetapkan adalah dibawah harga pasar dengan tetap menjaga kualitas usaha. Dengan kata lain harga diusahakan lebih rendah bila dibandingkan dengan pesaing.
©      Strategi Promosi
Promosi penjualan yang bisa dilakukan adalah  penyebaran brosur usaha, promosi dari mulut ke mulut, penekanan pada pendekatan perorangan.
©      Strategi Bisnis
1.      Mempelajari pesaing, ambil hal-hal yang baik dari mereka.
2.      Melakukan modifikasi pengemasan.
3.      Memilih bahan dasar keripik singkong dengan kualitas bagus.
·         Segmen Pasar : Untuk langkah awal pemasaran kami hanya menawarkan produk di kampus, pasar dan di warung, belum sampai ke supermarket atau minimart.
·         Target Pasar : Target potensial pasar kami yaitu kampus, warung-warung dan pasar tradisional.
·         Positioning : Kami sadar bahwa produk yang dihasilkan tidak hanya kami saja yang memproduksi, sangat banyak pesaing dari usaha kami. Akan tetapi kami tidak putus ide. Asalkan kami mempunyai ide yang bagus, pasti kami akan laksanakan, supaya produk-produk yang kami hasilkan tidak membosankan.






















BAB III
ASPEK ORGANISASI DAN MANAJEMEN

3.1 Aspek Organisasi
           
Usaha yang akan didirikan diberi nama “Keripik Singkong Bajaso” dengan badan usaha berbentuk perseorangan, denagn susunan organisasi sebagai berikut :
Nama Pemilik      : Ayu Diah Tantri , Jatu Triandini Nur’aini dan Yona Chitra Lestary
Alamat                 : Jl. Kedaung Raya No. 21
Jabatan

Uraian Tugas
(A)
Jumlah
(B)
Gaji / Bulan
(C)
Total
(BxC)
Pelaku Bisnis
Memproduksi dan memasarkan
3
Rp 500.000
Rp 1.500.000
ü   


3.2 Perijinan
            Untuk sementara waktu, proses perizinan yang kami lakukan hanya mencapai tingkat kelurahan. Hal ini kami lakukan karena dapat dikatakan usaha yang kami lakukan masih terbilang usaha kecil dan menengah. Serta kami belum mampu untuk membayar pajak penghasilan kepada tingkat pemerintah daerah seperti tingkat kota.

3.3 Kegiatan Pra Operasi dan Jadwal Pelaksanaan
KEGIATAN
JADWAL PELAKSANAAN
( Dalam Mingguan )
1
2
3
4
1. Survey Pasar
ü   



2. Menyusun Rencana Usaha
ü   



3. Perijinan
ü   
ü   


4. Survai tempat usaha

ü   


5. Survai Mesin / Peralatan

ü   


6. Pemasangan Sarana Penunjang

ü   


7. Mencari tempat kerja


ü   

8. Uji Coba Produksi

ü   
ü   

9. Operasional



ü   




3.4 Inventaris Kantor dan Supply Kantor

            Inventaris kantor untuk barang yang umur produknya lebih dari 1 tahun
Inventaris / Perangkat Kerja
Merk
Jumlah unit
Harga
Jumlah harga
Mesin pengiris singkong
Xxx
5
Rp 1.000.000
Rp   5.000.000
Mesin pengemas
Philips
10
Rp    500.000
Rp   5.000.000
Timbangan digital
Xxx
2
Rp    700.000
Rp   1.400.000
Peralatan menggoreng
Xxx
5
Rp    300.000
Rp   1.500.000
Kompor gas
Rinnai
5
Rp    500.000
Rp   2.500.000
Total Inventaris Kantor
Rp 15.400.000



         Supply Kantor merupakan biaya untuk menunjang kegiatan administrasi :

Jenis Biaya Supply Kantor
Total Biaya per Tahun
Kertas
Rp    600.000
Tinta Printer
Rp    700.000
Plastik Pembungkus
Rp    800.000
Gas 12 kg
Rp    365.000
Total Supply Kantor
Rp 2.465.000


 BAB IV
ASPEK PRODUKSI

4.1 Produk
A. Dimensi Produk, Barang yang dijual adalah keripik singkong, dimana untuk keripik singkong sudah dikemas dengan menarik.
B. Nilai/Manfaat Produk, Manfaat dari produk ini adalah konsumen dapat memenuhi kebutuhan sehari-harinya dengan mengkonsumsi makanan ringan keripik singkong ini di waktu senggang bersama teman maupun keluarga.
C. Kegunaan/Fungsi Produk, Produk yang dijual merupakan barang Convenience goods yaitu merupakan barang kebutuhan sehari-hari.
4.2 Proses Produksi
Proses produksi yang dilakukan yaitu pertama mengupas singkong, lalu merendam singkong yang telah dikupas dengan air bersih kemudian tiriskan. Lalu mengiris-iris singkong menjadi tipis. Lalu kami rendam irisan singkong dalam air kapur sirih selama ½ jam. Kemudian cuci singkong menggunakan air bersih secara berulang-ulang sampai bersih, lalu tiriskan irisan singkong, keringkan diatas nampan beralaskan kertas atau lap kering. Lalu setelah itu kami goreng irisan singkong dalam minyak panas dan terendam. Kemudian setelah singkong sudah cukup untuk di goreng kami tiriskan dan diberikan bumbu dengan menggunakan bumbu yang baik untuk makanan. Dan siap untuk dikemas.
4.3 Kapasitas Produksi
Tahun
Rencana produksi (dalam bungkus)
2013
2000
2014
2500
2015
3000

4.4 Tanah dan Bangunan
            Lokasi pendirian usaha adalah di Jl. Kedaung Raya No. 21 dimana luas tanah 350 m2 dan luas bangunan 200 m2  dengan harga tanah per m2  adalah Rp 1.000.000 bangunan Rp 1.500.000 per m2. Dapat dirincikan sebagai berikut :
           
Tanah              : 350 m2 x Rp 1.000.000 = Rp 350.000.000
Bangunan        : 200 m2 x Rp 1.500.000 = Rp 300.000.000    +
            Jumlah                                                        Rp 650.000.000

4.5 Pemasangan Sarana Penunjang
Jenis Biaya
Jumlah Biaya
1.      Pemasangan instalasi listrik
Rp    300.000
2.      Pemasangan instalasi air (PAM)
Rp    200.000
3.      Pemasangan instalasi telepon
Rp    200.000
4.      Pemasangan instalasi internet
Rp    250.000
5.      Dan lain-lain
Rp    300.000
Total Biaya Pemasangan Sarana Penunjang :
Rp 1.250.000

4.6 Mesin dan Peralatan
Investasi
Harga
Biaya Variabel :

kompor + gas masing-masing 3 unit
Rp 1.350.000
Wajan 4@ Rp 50.000
Rp    200.000
Panci 2@   Rp 40.000
Rp      80.000
Mesin pengiris 3@ Rp 100.000
Rp    300.000
Serok 4@ 20.000
Rp      80.000
Timbangan digital 2@ 700.000
Rp 1.400.000
Sarung tangan plastik 1 kotak
Rp      30.000
Plastik pembungkus 1 kg
Rp      30.000
Sendok 12@ Rp 35.000
Rp    420.000
Pisau 10@ Rp 15.000
Rp    150.000
Kantong plastik
Rp      20.000
Total
Rp 4.060.000
Modal kerja
Rp 3.000.000
Biaya Tetap :
Harga / bulan
Sewa Bangunan
Rp 1.500.000
Listrik, Telp, Air
Rp    700.000
Gaji 3@ Rp 500.000
Rp 1.500.000
Gas
Rp     200.000
Total Biaya Tetap
Rp   3.900.000
Total Investasi
Rp 10.960.000

4.7 Bahan Baku dan Bahan Pembantu
Nama Bahan Baku
Jumlah (kg)
Harga
Jumlah Harga
1.            Singkong
100
Rp    10.000
Rp  1.000.000
2.            Bawang putih
50
Rp    27.000
Rp  1.350.000
3.      Bawang merah
50
Rp    12.000
Rp     600.000
4.      Bumbu Rasa Jagung
70
Rp    30.000
Rp  2.100.000
5.      Bumbu Rasa Balado
70
Rp    30.000
Rp  2.100.000
6.            Bumbu Rasa Sosis Setan
70
Rp    35.000
Rp  2.450.000
7.            Lada
50
Rp  130.000
Rp  6.500.000
8.            Minyak goreng
50 liter
Rp    20.000
Rp  1.000.000
Total Pembelian Bahan Baku
Rp 17.100.000

4.8 Biaya Umum Usaha/Pabrik
Jenis Biaya Umum Usaha/Pabrik
Jumlah Biaya/Tahun
1.      Pemeliharaan mesin dan peralatan Rp 500.000
Rp  6.000.000
2.      Suku cadang, bahan bakar, oli, dsb. Rp 300.000
Rp  3.600.000
3.      Rekening listrik, air, telepon. Rp 700.000
Rp 14.000.000
4.      Pemeliharaan bangunan Rp 100.000
Rp   1.200.000
5.      Total Biaya Umum Usaha/Pabrik per tahun:
Rp  24.800.000